Jumat, 10 Juni 2011

pengaruh kompetensi guru dalam meningkatkan kemamuan kretivitas siswa

PENGARUH KOMPETENSI GURU
DALAM  MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS SISWA
SARAH AGUSTINA
2101111016
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Abstrak

            Ketidakefektifan proses belajar yang terlalu menekankan pada penguasaan teori dan kognisi adalah akibat lain rendahnya kualitas lulusan. Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial. Keadaan ini menjadikan proses belajar yang terlalu monoton, tidak menarik, dan tidak mampu mengembangkan kreatifitas siswa, guru, dan kepala sekolah dalam mengembangkan inovasi pendekatan pembelajaran. : Salah satu bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah berpuisi dengan standar kompetensi agar siswa memiliki kemampuan menulis  dan membaca yang melibatkan aspek lafal, intonasi, kebermaknaan, ekspresi, dan gagasan. Berpuisi sangat penting dalam membangun karakter siswa karena mengandung unsur seni. Di dalamnya ada aspek rasa keindahan, baik sebagai karya tulis maupun dalam penyajiannya, sehingga dengan berpuisi kecerdasan intelektual, emosional, dan bahkan spiritual siswa dapat tumbuh dan berkembang. Namun demikian, pada umumnya siswa kurang motivasi terahadap materi berpuisi ini, di samping mendapat kesulitan dalam menulisnya juga dalam membacanya, hal ini disebabkan karena kurang penguasaan kosa kata, keberanian rendah dan rasa malu tinggi, pola komunikasi guru-siswa searah, dan budaya belajar yang masih senang menerima. Implementasi pendekatan kontekstual yang selalu terkait dengan dunia empirik siswa, pola komunikasi yang bersifat negosiasi-bukan instruksi, partisipasi siswa tinggi, konstruksivis, dan penciptaan suasana yang nyeman-menyenangkan ternyata dapat mengubah siswa menjadi bergairah dalam berpuisi.
Kata kunci: Pengaruh guru dalam kekreatifan siswa untuk pembelajaran puisi





PENDAHULUAN
Akses terhadap pendidikan memberikan informasi kepada publik tentang berapa banyak anak yang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah: Angka Partisipasi, Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan, dan Angka Penyelesaian. Sebagai bangsa yang menyongsong kemajuan Iptek yang amat pesat, kita masih harus berkutat dengan kualitas pendidikan. Terlepas dari kesahihan standar kualitas dalam Ujian Nasional, hasil yang diperoleh baik di tingkat SD/MI maupun SMP/MTs menunjukkan kurang dari 60 persen materi belajar yang dikuasai siswa. Ini amat memprihatinkan bagi dunia pendidikan.
Dalam berpuisi, baik waktu menulis, mambaca,  maupun mendengarkannya, ada nuansa khusus sehingga emosional penulis, pembaca, ataupun pendengarnya terbawa hanyut oleh jiwa dari puisi itu. Lain halnya dengan sajian bahasa yang sifatnya informasi (mungkin) tidak akan menyentuh unsur afektif individu. Dengan demikian, melalui berpuisi sekaligus dapat membangkitkan dan mengembangkan (Bloom, BS dalam Erman, 2003) potensi emosional (affektive, rasa-budi) sekaligus kemampuan berfikir (cognitive, akal-fikir), dan ketrampilan psikis (psychomotoric). Dengan berpuisi, lengkaplah pengembangan potensi individu tersebut di atas, karena ketiganya selalu terbawa serta.
Pembelajaran membaca dan menulis puisi untuk siswa kelas V SD, yang melibatkan ketepatan aspek ( Depdiknas, 2003) lafal, intonasi, kebermaknaan, ekspresi, dan gagasan sangatlah penting bagi siswa dalam mengembangkan ketiga potensi di atas, agar pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas memanusiakan manusia secara utuh. Inilah hakekat sebenarnya dari pembelajaran.  Seperti dikemukakan oleh Goldman (dalam Erman, 2004) bahwa, kecerdasan individu terbagi  ke dalam kecerdasan intelektual (IQ) pada otak kiri dan kecerdasan emosional (EQ pada otak kanan yang saling mempengarahui, di mana IQ berkontribusi untuk sukses hanya sekitar 20% sedangkan EQ bisa mencapai 40%.  Pembelajaran berpuisi yang melibatkan otak kiri-kanan, bahkan kecerdasan intelektual (SQ), kedudukannya menjadi sangat penting dalam melatih dan mengembangkan ketiga kecerdasan tersebut untuk setiap individu (siswa) dalam mengembangkan kompetensinya secara terpadu.
Lain halnya dengan cabang mata pelajaran lain yang konon cenderung lebih memberikan penekanan pada salah satu aspek jatidiri manusia, terutama aspek kognitif.  Bahayanya, bila unsur dominan dalam pembelajaran adalah kognitif atau psikomotorik dikhawatirkan manusia menjadi robot-komputer, sebaliknya bila tanpa kognitif cenderung hewani, dan bila hanya afektif yang dominan cenderung emosional dan tidak rasional.
Namun di sisi lain tingkat kecukupan guru masih rendah. Di lapangan masih banyak terjadi seorang guru mengajar untuk beberapa kelas sekaligus terutama di jenjang pendidikan dasar. Dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi seorang guru bisa tampil profesional. Rasio guru-siswa yang tidak ideal berakibat pada rendahnya kinerja guru.
PEMBAHASAN
.    Rumusan dan Pembatasan Masalah  
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan,  apakah implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam berpuisi ? Secara lebih terinci rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a.      Apakah implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam menulis puisi ?
b.      Apakah implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam mempresentasikan puisi ?
c.      Unsur-unsur apa saja yang dapat diungkapkan siswa dalam menulis dan mempresentasikan puisi ?
d.      Bagaimana pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran berpuisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual ?
2.      Pembatasan Masalah
Permasalahan tersebut di atas bisa ditinjau dari berbagai aspek sehingga pembahasannya bisa sangat luas tetapi dangkal dan kurang terarah. Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut di bawah ini.
a.      Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V (sesuai kurikulum) SD Cangkuang Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung semester genap tahun ajaran 2006-2007, sebanyak 5 kali pertemuan @ 2 jam pelajaran (lima RPP)
b.      Implementasi (pelaksanaan) pendekatan kontekstual dalam penelitian ini menggunakan model klasikal dan kelompok (koperatif), model klasikal dengan menggunakan teknik probing-prompting yaitu metode tanya jawab yang menyajikan serangkaian pertanyaan kepada siswa yang sifatnya menggali dan menuntun sehingga siswa dapat diarahkan untuk membangun konsep (constructivism), melalui eksplorasi, inkuiri, dan penalaran. Juga digunakan model koperatif dengan menggunakan tipe Investigasi Kelompok (Group Investigastion), STAD (Student Teams Achievement Division), atau TPS (Think Pairs Share)
c.      Kemampuan kreativitas dalam berpuisi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa dalam menggali, menemukan, dan presentasi ide baru yang orisinal. Dimulai dengan objek konkret dari lingkungan sekitar siswa, diangkat dan disusun dalam kata-kata indah sistematik sehingga menjadi puisi sesuai dengan pemaknaan siswa terhadap objek tersebut.  Hal ini menyangkut tema, diksi, tipografi, amanat, dan gaya bahasa. Setelah itu mereka mengkomunikasikannya dengan cara presentasi-menyajikan (dibaca atau ditalar) sesuai dengan kemampuan apresiasi yang dikembangkannya. Hal ini menyangkut lafal, intonasi, ekspresi, improvisasi, pemaknaan, rima, irama, dan keindahan.
Departemen Pendidikan Nasional (2008:3) telah menyusun kompetensi guru meliputi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

a. Kompetensi Pedagogi
Menurut Zid (2008:6), Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaan wawasan atau landasn kependidikan, pemahanian terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang diniilikinya.
 Kompetensi pedagogic memiliki keterkaitan yang erat dengan wawasan kependidikan dan akademik. Kompetensi akademik, yakni menguasai materi pembelajaran sesuai bidangnya. Kemampuan dalam bidang studi membuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar, mengusai konsepnya, mengenal metodologi ilmu yang bersangkutan, memahami konteks bidang itu dan juga kaitanya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain. Jadi guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya sendiri tetapi temasuk bagaimana dampak dan relasi ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu yang lain. Maka guru di harapkan punya wawasan yang luas.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Zid (2008:67), kompetensi kepribadian adalah kepribadian guru sebagai pendidik yang memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksanaaa, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
            Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut.


c. Kompetensi Profesional
Profesional terkait dengan kemampuan memahami tugas-tugas serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas tersebut sera lebih mendalam Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang Prof iona dapat jugaberarti memiliki karakteristik pemahaman teknik pekerjaan yang lebih baik dan lebih luas. Lebih baik, diartikan sebagai pemahaman yang mendalam, dan memahami keterkaitan antara tugas-tugasnya dengan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan itu.
Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki komitmen yang kuat dan berjangka panjang terhadap keahlian merek (2) memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya daripada kepada pimpinannya; (3) selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan zaman, dan (4) dalam bekerja tidak terikat dengan jadwal regulernya. Untuk menjadi profesional diperlukan pengetahuan yang relevan dengan bidang tugas yang digeluti. Pengetahuan ini didapat dari pendidikan dan pengalaman.
DG Armstrong dalam Sudjana (2002:69) mengemukakan ada lima tugas dan tanggung jawab pengajar, yakni tanggung jawab dalam (a) pengajaran, (b) bimbingan belajar, (c) pengembangan kurikulum, (d) pengembangan profesinya, dan (e) pembinaan kerjasama dengan masyarakat. Ali (2000:4-7) mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni (a) merencanakan tujuan proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran tercapai atau tidak, (b) melaksanakan pengajaran , (c) memberikan balikan (umpan balik).
d. Kompetensi Sosial
Menurut Zid (2008:6), kompetensi sosial diartikan sebagai kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan, menggunakan kronologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesania pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Selanjutnya menurut Hamka (2006:13) bahwa kompetensi sosial guru meliputi; kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat, menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik, dan menempatkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.




KESIMPULAN
1.      Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial.
2.      Kompetensi pedagogic memiliki keterkaitan yang erat dengan wawasan kependidikan dan akademik.
3.      Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang
4.      Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang bahwa kompetensi sosial guru meliputi; kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http : //www.Pedidikan.co.id
http : //www.guru-guru di indonesia.co.id
http : //www.pembelajaran.co.id



Tidak ada komentar:

Posting Komentar